Senin, 17 Desember 2018

Maninjau, Kota Impian untuk Ku Kunjungi

Kota impian yang ingin dikunjungi adalah Maninjau, Sungai Batang Tanjung Sani, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Kota kelahiran orang tua ku, tapi sudah lama aku tidak mengunjungi. Dulu pernah ke Kota Medan naik Bis melewati Bukittinggi, Danau Singkarak saja.

Bisa naik bis selama 2 hari 1 malam, atau naik pesawat terbang sampai kota Padang, dilanjutkan pake carteran mobil pribadi sejauh 5 jam perjalanan lagi dari Bandara.

Maninjau adalah daerah pelosok yang jauh dari kota Bukittinggi. Perjalanan panjang dan berliku harus melewati kelok 44 yang curam. Jika tidak hati hati maka akan masuk jurang. Seru bikin deg degan aku dibuatnya.

Sebelum sampai ke rumah, ada rumah Buya Hamka, sejarahwan terkenal. Banyak karya sastra yang tersimpan di rumah Buya Hamka.

Pemandangan nan elok dan masih asri bisa ditemui di Maninjau. Ada Danau yang terbentang luas dipakai sebagai tempat berternak ikan. Ikan asap yang dinamakan bada masiak dan rinyuak.
Waktu kecil aku pernah mandi di Danau Maninjau, tapi ga bisa berenang.
Sebelum turun ke danau ada musola dan air pancuran yang mengalir terus, ga bisa disumbat. Kaget kenapa air dibuang buang mak itu, kata ku kepada amak.
Kalau ke pasar yang rame tiap hari rabu, namanya pakan rabaa. Ada makanan kesukaanku yakni pensi, semacam kerang kecil.

Rumah di kampung masih berbentuk panggung, terbuat dari papan jati, kolongnya ada untuk nyimpan ternak ayam. Selain itu letak rumah amak ada di tebing, paling atas, curam naik ke atas, kamar mandi ada, tapi air harus mengangkut dulu dari bawah danau maninjau.

Ada pohon alpukat yang tinggi, kalau berbuah enak sekali rasanya. Selain itu ada pohon durian yang selalu dinantikan musimnya untuk berbuah.

Ada banyak saudara yang masih tinggal di Maninjau, jadi bisa menginap dimana pun. Banyak rumah kosong ditinggalkan pemiliknya, kadang ada juga yang ditempati oleh saudaranya.

Bertemu saudara, melanjutkan silaturahim dan mengenal silsilah keluarga. Ada pepatah yang masih dipegang yakni anak di pangku, kemenakan dibimbing.

Itulah mengapa saya ingin mengunjungi Maninjau. Sesudah berkeluarga, membawa anak anak dan suami mengenal daerah tanah kelahiran orang tua ku.
https://m.facebook.com/rucothru?fref=nf&refid=52&__tn__=C-R

38 komentar:

  1. Wow...tulisan yang menggambarkan dengan jelas kerinduan pada satu tempat. Tempat yang indah dan penuh kenangan. Bagus Mbak tulisannya, terus belajar ya. O iya, kita satu grup di Antolologi MM. Kalau mau, boleh mampir ke blog saya, www.mihanin.wordpress.com

    BalasHapus
  2. Wah sayang sekali banyak rumah kosong nya, mungkin pada merantau kali ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba mencari pekerjaan yang lebih baik.
      Ada istilah awalnya anak dipangku kemenakan dibimbing jadi kemana pergi ponakan ikut diajak ini awalnya mereka merantau

      Hapus
  3. Saya bisa merasakan kerinduan mba terhadap kota Maninjau lewat tulisan ini. Imajinasi saya ikut larut merasakan nikmatnya berlibur di pedesaan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mba. Alam pedesaan sejuk, kehangatan keluarga besar juga mendukung mba. Duh jadi ingin segera pulkam

      Hapus
  4. wah seru ya, saya seumur umur belum pernah kesana wkwk. Tapi baca tulisan ini jadi kepengin juga mampir kesana. Makasih infonya ya bun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama sama bun. Ayo refreshing ke danau maninjau

      Hapus
  5. Saya September lalu ke Maninjau , Mbak. Sempat ke rumah Buya Hamka dan Danaunya.
    Memang banyak rumah yang kosong ya seperti tidak ada penghuninya.

    Indah banget di sana, sejuk dan asri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyik ya mba, duh jadi pengen bulan Ramadhan nanti ada pulkam bersama, semoga dimudahkan bisa ikut

      Hapus
  6. Duuuh pengen jelajah Maninjau jadinya. Tapi kalai banyak rumah kosong di sana, ada kesan spooky gak sih mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada yang disuruh bersihin mba, biasanya masih keluarga jauh. Bebas klo mau dipake nginap, karena lengkap perabotan didalamnya

      Hapus
  7. Bagus ya mbak di sana pemandangannya. Dan karena punya cerita tersendiri sebagai kota kelahiran orangtua, pasti jadi makin pengen ke sana.

    BalasHapus
  8. Belum pernah mampir ke Maninjau. Lewat aja kayaknya, foto² aja. Tapi udh 8 thn yl. Pastinya udah banyak berubah ya sekarang.
    Mbak Azmi msh inget banget smp ke pohon alpuket. Pasti sangat berkesan yah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba. Nenek memisahkan satu untukku alpukat, diantara banyak cucunya yang berebut alpukat. Makanya ingat sekali dengan alpukat yang ada di halaman rumah.

      Hapus
  9. Hmm, Maninjau. Penggambarannya sudah bagus selali. Apalagi sy gak pernah traveling hihihi. Tapi sayangnya fotonya kurang banyak. Coba dibanyakin lagi. Spti pas nyeritain alpukat coba ada foto foto pohon alpukat nya. Cuma saran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba terima kasih sarannya.
      Kalau nanti pulang kampung pas lagi musim disimpan potonya

      Hapus
  10. Duh, gimana, ya, rasanya mandi di danau maninjau? Kebetulan di tempat tinggal saya nama maninjau diabadikan jadi nama jalan, Jl. Danau Maninjau.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu masih jernih airnya seperti di pantai juga mba, berpasir. Tapi sekarang airnya tercemar limbah makanan ikan. Banyak penduduk menambak bakaramba ikan di danau maninjau

      Hapus
  11. Kira kira kenapa ya mba kok banyak rumah kosong? Apa pada merantau? Sayang ya padahal saya pengen ke sana cuma belok ada waktu hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Daerah terpencil, banyak yang merantau cari kerja di kota mba.

      Hapus
  12. Sering dengar Maninjau elok pemandangannya. Jdi pengen kesana, tapi next yaa hihi nabung duyuuu. Rindu mb dgn Maninjau berasa tertulis di artikel...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rindu sekali mba. Terakhir saya ke sana usia 6 tahun

      Hapus
  13. Danau Maninjau yang terkenal itu. Suasana khas Sumatera Barat. Pasti menyenagangkan pulang kampung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, kumpul sama mamak, etek, pak tuo, mak uwo dan sepupu keponakan rame.

      Hapus
  14. Saya belum pernah sama sekali menginjakkan kaki ke pulau sumatera mba. Oiya mbak kenapa rumah-rumah panggung di maninjau banyak ditinggalkan oleh pemiliknya? Apa karna rawan bencana?

    BalasHapus
  15. Jauh banget ya mbak perjalanan dari bandara. Nggak kebayang itu jika melakukan perjalanan darat. Semoga disegerakan berkunjung ke tanah orang tua

    BalasHapus
  16. Saya pengennn ikuuut , mbak.. saya dan gadis saya penggemar Buya Hamka. Pengen berkunjung ke rumah beliau itu.

    Membaca tulisan mbak, jadi teringat tempat-tempat yang sering ditampilkan di karya-karya lama sastra Indonesia. Indahnya danau Maninjau.

    BalasHapus
  17. Salah satu tempat yg rutin kita kunjungi pastinya tanah adalah orang tua kita ya, Mbak.
    Wow, Danau Maninjau. Cuma pernah membaca dan melihat-lihat gambarnya saja nih saya. Selamat menyusul rencana ke sana lagi, ya. Pasti menarik dan bisa jadi bahan tulisan di blog :)

    BalasHapus
  18. Aku belum pernah ke daerah Sumatera Barat, paling pol baru sampai Lampung aja, hehe. Seru juga kalau berkunjung ke daerah yang masih terasa sentuhan tradisionalnya. Rasanya beneran bisa refreshing, apalagi buat kita yang udah jenuh banget sama kepadatan Jakarta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo mba tujuan wisata liburannya ke danau maninjau aja nanti

      Hapus